Cerita Gay Pantai Cinta Terlarang Senggigi Beach, salah satu pantai di Lombok yang merupakan primadona. Selain pantainya indah dan bersih, sarana dan prasarananya lengkap bagai surga kecil yang menjanjikan sejuta kenikmatan bagi para visitor. Di pantai indah yang berpasir putih inilah cerita berawal.
5 November 2000; 06:00 WITA. Matahari masih malu-malu untuk menampakkan sinarnya. Bukannya belum saatnya untuk meyapa bumi, tetapi karena bias sinarnya terhalang bukit tinggi yang menjulang di sebelah timur pantai. Angin sepoi-sepoi basah lembut menyapa pohon nyiur. Mereka pun membalas sapaan sang bayu dengan meliuk-liukkan batangnya dan melambai-lambaikan pucuk daunnya layaknya penari striptease. Bergoyang, meliuk-liuk, mendesah-desah, di kesunyian yang masih menyelimuti pesisir pantai tampak sesosok tubuh sedang berjalan gontai denganmenundukkan kepala. Dia melangkah perlahan sambil terus menatap butiran halus pasir putih. Dengan gundah dia mulai mengangkat kepalanya dan melemparkan pandangannya ke arah laut yang biru membentang dan sedang membawa perahu nelayan merapat ke tepian. Kepasrahan mulai merayap di relung hatinya ketika ia menghempaskan tubuhnya yang atletis di atas pasir.
Sambil berbantal kedua tangannya yang perkasa, pikirannya menerawang jauh di atas awang-awang.Pandangan matanya sayu menatap kosong ke langit biru berhiaskan awan yang bagaikan gumpalan melayang. Bayangan wajah laki-laki yang pernah di hatinya silih berganti membayangi. David, Ical, Anang, Irfan, Anang, Ical, David. Tak terasa air matanya meleleh membasahi pipinya.Bibirnya yang merah sensual tak henti-hentinya mengutuk dirinya sendiri. "Kenapa aku harus terlahir seperti ini?" Sebuah pertanyaan retoris yang selalu disebutnya pada saat dia membutuhkan belaian hangat daris eorang laki-laki.
Entah mengapa ia sampai lupa akan ajaran agamanya. Yang ada di benaknya hanya laki-laki dan laki-laki. Dia terus berburu dan berburu, tetapi hanya kenyataan pahitlah yang selalu ditemui. Tanpa rasa bosan dia terus berburu seoranglaki-laki yang dapat melepaskan hasaratnya yang terpendam sejak dia berusia 17 tahun. Usia dimana dia pertama kali mengenal hubungan seks dengan sesama kaum Adam.
Dibiarkannya angin menerpa tubuhnya yang berbalut t-shirt ketat, sehingga tampak ukiran otot ditubuhnya. Badannya padat berisi dan dadanya bidang. Sesosok tubuh yang pasrah itu adalah aku. Samar-samar kulihat sesosok tubuh sedang berjalan ke arahku, ketika kupalingkan wajahku. Aku lalu bangun dan membetulkan pantatku yang padat dan mengambil sikap duduk yang menantang. Mataku tajam menatap ke arah orang itu, sedangkan hatiku melonjak kegirangan. Aku berharap impianku akan segera menjadi kenyataan manis.
Semakin mendekat kulihat tatapan orang itu begitu tajam ke arahku. Aku pun ganti menatapnya dengan pandangan yang tajam pula. Kuamati tubuh orang itu dengan seksama, bahkan sampai di tiap titik tubuhnya. Dia adalah seorang bule yang tampan dengan raut wajah coklat kemerahan, bibirnya merah sensual, postur tubuhnya ideal, kulit tubuhnya coklat kemerahan dan dada yang bidang berbulu lebat. Kutatap dia lama dan mataku pun terpaku pada daerah di bawah pusarnya. Dengan hanya memakai celana dalam tampak tonjolan yang bikin aku panas dingin menahan hasrat. Sontak uratku yang paling sensitifpun menegang. Darah mengalir memenuhi seluruh pembuluh darah di daerah pangkal pahaku.
Aku hanya dapat membisu menaha hasratku yang kian menggelora. Tatapan mataku tak dapat lepas dari tubuhnya. Aku terus menelanjangi tubuhnya hidup-hidup. Kulihat ia mendekatiku dan duduk tepat di hadapanku. Tenggorokanku nyaris tercekat tanpa dapat bersuara sampai kudengar dia menyapaku dengan ramah, "Good Morning." Aku nyaris kehilangan semua vocabs yang pernah kudapatkan di tempat kursus bahasa Inggrisku. Kukuasai diriku dan kukendalikan nafsuku dan belum sempat aku membalas salamnya dia sudah menyambung, "I'm Lucas. I come from Italia."
Akhirnya sebaris kalimat dapat meluncur dari celah bibirku, "Good Morning, I'm Andre."
Karena mendengar kata Italia, aku teringat dengan pemain sepakbola pujaanku, Alessio Tachinardi, yang sexy habis. Kubayangkan orang yang di hadapanku adalah Tachinardi.
Akhirnya obrolan pun kian lancar dan dari obrolan itu aku tahu bahwa Lucas adalah seorang laki-laki 35 tahun, masih single dan yang jelas dia adalah seorang gay, sama seperti diriku. Dari obrolan ringan tentang hobby dan lain-lain, obrolan pun kian memanas sampai obrolan tentang seks. Karena keasyikan ngobrol, aku tak menyadari kalau jari tangannya menyentuh ujung jari kakiku, dan dia pura-pura membersihkan butiran pasir yang menempel di jari kakiku. Seketika itu aku tahu bahwa dia menginginkan aku. Aku hanya bisa diam dan membiarkan diriku terhanyut dalam irama permainan seks. Permainan seks khas seorang Italiano.
Jari-jari tangannya kian nakal merayap di kakiku, dia mengusap-usap kakiku yang berbulu dengan lembut, kemudian tangannya mulai menghilang di dalam celana pendekku dan merayap serta bergerilya di pahaku. Aku hanya bisa menggelinjang dan mendesah manahan nikmat dan nafsuku pun kian menggelegak. Penisku yang sudah mengejang kian mengeras.
Akhirnya tangannya mendarat di penisku dan mulai mengocoknya, sementara pantatku kugoyang-goyangkan mengimbangi permainan tangannya. Kubiarkan ia mengocok penisku. Kulihat kepala penisnya yang besar merah mengkilat menyembul dari celana dalamnya. Secara refleks tangan kananku pun menyusup ke dalam celana dalamnya. Kuremas-remas penisnya yang kian mengeras dan mulai mengocoknya perlahan-lahan. Sementara tangan kiriku merengkuh lehernya dan kudekatkan bibirku padanya.
Akhirnya kedua insan sama jenis yang sedang dilanda nafsu birahi itupun saling berpagut dan saling mengulum. Kusedot lidahnya sampai masuk tenggorokanku, dan dia pun membalas menyedot lidahku. Adegan ganjil itupun berlangsung dengan demikian menggairahkan. Dengan nafsu yang berkobar-kobar aku terus melumat bibirnya yang merah dan tangan kiriku menggerayangi dan meraba punggunggnya yang berbulu, sementara tangan kirinya meraba-raba pahaku. Sekian lama saling mengocok dan saling melumat, akhirnya kulepaskan pagutanku karena aku khawatir kalau-kalau ada orang yang melihat adegan yang ganjil tersebut.
Kulepaskan diriku dari cengkeramannya dan mulai melangkah meninggalkannya yang sedang kebingungan menahan hasrat yang tertunda. Kulihat sekelilingku ternyata masih sunyi. Kuputuskan untuk duduk di atas tebing buatan pembatas hotel. Aku naik dan duduk di atasnya. Kulihat ia mendekatiku. Dalam hati aku tertawa geli, karena kulihat celana dalamnya tidak dapat memuat penisnya yang tegang. Kulihat dia berjalan, sementara kepala penisnya yang kian memebesardan mengkilat menyembul dari celana dalamnya. Dia merapatkan tubuhnya ke tubuhku dan mulaimenggesek-gesekkan penisnya di kakiku. Akhirnya kulingkarkan kedua tanganku di lehernya dan diamerangkul pinggangku. Adegan saling pagutpun tak dapat dihindarkan lagi. Dia semakin ganas melumat bibirku sampai seolah-olah aku kehabisan nafas. Dia terus melumat bibirku sambil terus menggesek-gesekkan penisnya.
Tak lama kemudian adegan itupun usai sudah. Kugandeng tangannya dan kutarik menuju rimbunan pohon bakau yang tumbuh tak jauh dari tebing buatan itu. Aku dan dia akhirnya masuk ke dalamnya, "Aman," pikirku. Di dalam rimbunan adegan sexpun dimulai. Aku dan dia mulai berpelukan dan saling berpagut kembali. Kulepaskan pagutanku dan bibir serta lidahku mulaimenelusuri lehernya, kemudian terus ke bawah. Sasaran lidahku berikutnya adalah dadanya yang bidang berbulu lebat dengan buah dada yang gepal. Kukecup putingnya bergantian kiri dan kanan dan mulai kumainkan lidahku pada putingnya.
Kukecup, kujilat, kugelitik, kugigit. Kudengar ia melenguh dan mendesah lirih. Ough, aku semakin ganas menjilati setiap titik tubuhnya yang harum khas aroma Italia. Kualihkan lidahku ke perutnya yang rata dan sexy. Kumainkan lidahku di pusarnya yang dihiasi dengan bulu-bulu lebat. Aku mulai jongkok. Kucium dan kujilati pahanya yang padat dan berbulu lembut. Paha kanan kemudian kiri, kanan, kiri bergantian sambil kedua tanganku mempermainkan pantatnya yang padat. Kuremas-remas, kutepok-tepok.
Kudengar ia berkata, "Come on boy, I'm not strong enough. Suck it!"
Aku pun mulai melepaskan celana dalamnya. Serta merta kulihat penisnya yang tegak bagaikan tugu Monas. Kumainkan penisnya ynag panjang besar dan merah. Kuremas, kukocok, sebatang penis yang siap kuapakan saja. Kukocok penisnya perlahan-lahan sambil kujilati kepala penisnya yang kian membesar dan memerah. Kujilat, kusedot, saking besarnya hampir-hampir mulutku tidak muat. Sasaran pun kupindahkan ke batang penisnya yang berurat. Kujilat setiap titik batang penisnya. Akhirnya bibirku mendarat pada buah pelirnya. Kujilat, kukulum buah pelirnya sambil terusmengocok penisnya yang kian mengeras. Kukocok dan mulai kumasukkan kepala penisnya ke mulutku. Mulutku terasa penuh.
Tangan kiriku meraba bongkahan pantat yang padat. Kuraba-raba, kuremas-remas, kutepok-tepok sampai akhirnya kutemukan titik sejuta nikmat di depan asshole-nya. Kumainkan jari tengahku di titik yang dipenuhi dengan rambut-rambut lebat. Kugelitik, kemudian kumasukkan jari tengahku ke asshole-nya. Masuk, keluar, sambil mulut dan tanganku sibuk mengenyot dan mengocok batang penisnya. Kukulum, kusedot-sedot, kukenyot-kenyot, kukocok, jari tengahku kian sibuk keluar masuk asshole-nya dan kurasakan asshole-nya memberikan respon pada permainan jariku. Kudengar dia melenguh.
Dia terus melenguh sambil kedua tangannya meremas rambutku dan mendorong, menarik kepalaku maju mundur. Aku kian ganas mempermainkan penisnya, kulakukan gerakan maju mundur mengulum penisnya.Maju, mundur, maju, mundur. Akhirnya kurasakan penisnya berdenyut-denyut. Kupercepat permainan tangan dan mulutku. Otot pahanya mengejang dan dia melenguh panjang seiring dengan keluarnya sperma yang hangat dan tumpah ruah di dalam rongga mulutku.
"Oughh.. yess.. yess.. yess..!" Meskipun kurasakan asin, tetapi cairan putiuh kental dan hangat itu sukses meluncur di kerongkonganku. Asin tapi hangat dan nikmat.
Kulepaskan mulutku kemudian kukocok penisnya perlahan-lahan dan mulai kujilati kepala penisnya yang berlepotan sperma.
Kudengar dia berbisik, "Thank you baby."
Kemudian aku berdiri dan dia mengambil posisi jongkok. Dipelorotkannya celana pendek dan celana dalamku, dan tanpa basa basi penisku langsung diraih dan dikenyotnya. Semakin keras dia mengocok dan mengenyot penisku. Maju, mundur, maju, mundur. Aku yang sudah tidak taha akhirnya penisku berdenyut-denyut dan kurasakan otot pahaku mengejang sedangkan dia melepaskan kenyotannya kemudian mengarahkan penisku ke dadanya dan "Crett.. crett.." cairan putih kental dan hangat itupun muncrat dan tumpah ruah di dadanya yang bidang berbulu lebat.
Kemudian dia menjilati kepala penisku yang berlepotan sperma.
"Slrup.. slrup.." aku merasa geli sekaligus merasakan sejuta kenikmatan sampai seolah-olah aku terbang ke langit ke tujuh.
"Oughh.. yess.." dia pun kemudian berdiri dan kujilati dadanya yang berlepotan spermaku, asin.
Akhirnya aku dan dia saling berpagut sambil saling menggesek-gesekkan penis yang sama-sama mulai berkurang ketegangannya. Kemudian kutarik tanganya keluar dari rerimbunan. Kulihat sekeliling ternyata masih juga sepi.
"Masih aman," pikirku.
Aku berlari menuju laut sambil membawa celana pendek dan celana dalamku, sementara dia mengikutiku dengan membawa celana dalamnya. Dia pun lari dengan bertelanjang bulat, sementara aku masih memakai kaos. Di pinggir laut aku lepaskan t-shirt-ku dan mulai menceburkan diri ke laut dalam keadaan telanjang bulat. Di perairan yang dangkal kurebahkan tubuhku yang polos tanpa sehelai benang pun, dan dia mulai menindihku dan mulai melumat bibirku sambil menggesek-gesekkan penisnya ke penisku. Aku pun membalasnya.
Tak lama kemudian dengan bertelanjang bulat aku dan dia berenang di laut sambil main air. Air laut mulai memantulkan cahaya matahari ketika aku dan dia naik ke pantai. Aku mengenakan pakaianku kembali dan demikian pula dengan dirinya. Sebelum berpisah aku dan dia sempat berpagut untuk beberapa saat. Setelah nge-date untuk bertemu kembali esok hari, dia pun melangkah menuju hotel tempat dia menginap, sementara aku memandanginya sampai dia menghilang dari pandanganku. Kulangkahkan kakiku menuju areal parkir yang juga sepi dan kustarter sepeda motorku menuju ke rumah dengan membawa sejuta kenikmatan yang tak mungkin kulupakan.
6 November 2000; 06:00 WITA. Kembali aku menelusuri jejak kenanganku hari kemarin. Kuhempaskan tubuhku di pantai berpasir putih dan mataku menerawang memandang samudera biru yang membentang di hadapanku. Hanya suara ombak yang memecah kesunyian hati seorang gay kesepian. Aku berharap kenangan dengan Italiano kemarin akan terulang kembali hari ini, tetapi sepertinya takdir berkehendak lain.
08:00 WITA. Dua jam sudah aku menunggu dalam ketidakpastian. Dalam hati aku hanya dapat memendam sejuta kekecewaan. Dalam hati aku tahu kalau penantianku ini akan membawaku ke lembah kekecewaan yang dalam, tetapi aku tak tahu kenapa rasanya berat bagiku untuk beranjak dari tempat itu.
08:30 WITA. Sinar matahari mulai menyengat tubuhku dan pantai tampak ramai oleh para visitor, ketika aku melangkahkan kaki untuk mengakhiri penantian tanpa batas. Kuikrarkan dalam hatiku biarlah semua berlalu menjadi sebuah kenangan manis yang tidak akan pernah kulupakan selama hidupku. Sambil melangkah aku senandungkan lagunya Chintami Atmanagara. Di pantai indah yang berpasir putih. Awalnya tanpa sengaja, kami berjumpa.
Tak terasa hari-hari berganti. Lembutnya angin yang mengalir. Dan burung camar yang kian kemari. Menyambut bertaut kasih, dua hati. Debur ombak yang berkejaran di pantai ini. Seperti nyanyian hati ini. Sepasang insan yang sedang di landa cinta. Indahnya kasih asmara. Bahagia pun merekah di hati yang berbunga. Tetapi kini kita khan berpisah. Dirimu harus kembali. Ke sana jauh ke seberang samudera. Akankah kita bersama lagi.